kevin octavian

Memilih Orang yang Tepat dalam Setiap Tahapan Bisnis Kreatif

Dalam setiap perusahaan yang bertempur dalam sektor kreatif, nasibnya di masa depan sangat tergantung pada tim kreatif yang dimiliki. Jadi, perusahaan yang ingin menjadi sebuah entitas bisnis yang kuat dalam sektor kreatif harus memiliki langkah-langkah untuk merakit sebuah tim kreatif yang dibangun untuk meraih kesuksesan bersama. Langkah-langkah tersebut dibagi dalam berbagai tahapan sebagai berikut:
Tahap 1 – Para Pendiri
Langkah pertama dan bisa jadi merupakan langkah yang paling sulit adalah mengevaluasi mitra atau pesaing bisnis.
Tahap 2 – Advisors, Part Timer atau Karyawan Kontrak
Perusahaan kreatif perlu memiliki tim kreatif yang teridiri dari personal trainer, domain expert, connector yang bisa menciptakan perkenalan dan menjalin hubungan dengan huge networks, industrial celebrity untuk brand dan technical experts.
Tahap 3 – Full Time Staffs
Kapan sebaiknya perusahaan merekrut karyawan full time? Inilah pertanyaan yang biasanya menyibukkan pendiri perusahaan kreatif. Keuangan akan menentukan kesiapan perusahaan untuk mengambil langkah ini. Ketika perusahaan memiliki infus modal, maka perusahaan memiliki kesiapan untuk merekrut lebih banyak tenaga ahli.
Tahap 4 – Quality Control
Perusahaan harus dapat memutuskan apakah akan mempekerjakan orang-orang yang memiliki kekuatan besar atau yang tidak memiliki kelemahan utama. Orang-orang terbaik yang memperkuat tim kreatif merupakan syarat utama agar perusahaan dapat menghasilkan produk-produk kreatif yang prima, karena mampu menjalankan fungsi quality control yang baik.

http://achmadyanu.com/?p=237
READMORE
 

Komunikasi untuk Menghasilkan Karya-Karya Terbaik

Memunculkan karya terbaik dari karyawan merupakan tanda dari seorang pemimpin yang efektif. Namun secara efektif mengkomunikasikan apa sebenarnya yang diharapkan seorang pemimpin kepada karyaman bisa menjadi sulit. Gambaran yang tidak jelas dari harapan pemimpin menyebabkan proses yang tidak efisien dan kinerja di bawah standar. Karyawan bisa menjadi frustasi karena pekerjaan mereka dianggap tidak dihargai yang pada akhirnya membuat perusahaan tidak memiliki kinerja yang memuaskan. Terdapat beberapa cara untuk mengkomunikasikan secara jelas dan efektif dari harapan pemimpin kepada karyawan, yaitu sebagai berikut:
  1. Memperkuat target-target perusahaan. Seperti percakapan apa pun, pemimpin harus menggunakan bahasa yang sederhana dan langsung ketika mengkomunikasikan target-target tersebut. Kunci komunikasi yang efektif adalah kesederhanaan dan pengulangan pesan. Mendengar harapan itu sebanyak satu kali tidak akan membuat karyawan meresapi komunikasi.
  2. Jelaskan siapa, apa dan bagaimana. Untuk mengkomunikasikan ekspektasi yang jelas dalam lingkungan yang terus berubah, pastikan bahwa karyawan selalu tahu apa yang ingin dicapai perusahaan, bagaimana rencana untuk sampai ke sana, dan siapa yang akan melakukan apa untuk mencapai hasil tersebut. Kebanyakan kegagalan dapat dikaitkan dengan kesenjangan dalam kejelasan tentang salah satu dari tiga komponen tersebut.
  3. Perhatikan lingkungan kerja yang berkomunikasi dengan karyawan. Agar karyawan dapat memenuhi harapan, lingkungan kerja harus mendukung perilaku yang diharapkan. Setiap unsur budaya harus dapat memperkuat perilaku yang diharapkan untuk karyawan. Jika ekspektasi berlawanan dengan lingkungan, karyawan tidak akan dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan perusahaan.
  4. Ekspektasi yang efektif didukung oleh sistem penghargaan, serta struktur dan proses perusahaan. Misalnya, jika perusahaan mengharapkan karyawan untuk mengambil risiko, maka perusahaan perlu untuk memberikan penghargaan dan membentuk alur kerja yang memungkinkan untuk terjadinya kegagalan dari berbagai eksperimen yang dilakukan karyawan.
  5. Memahami kepentingan pribadi dalam diri karyawan. Karyawan pada dasarnnya datang ke tempat kerja dengan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri, sehingga untuk mengenal setiap orang secara individual membantu perusahaan memastikan bahwa mereka memahami harapan perusahaan dan merasa termotivasi untuk bertemu dengan mereka. Dengan benar-benar memahami apa yang membuat mereka tergerak, apa yang memberi mereka energi dan tantangan apa yang mereka hadapi, seorang pemimpin dapat lebih efektif mendorong kinerja dan terjadinya perubahan perilaku. Luangkan waktu untuk membangun hubungan emosional dengan setiap karyawan yang dikelola. Tanyakan apa yang mereka perjuangkan, apa yang dituju dari menjalankan pekerjaan mereka dan apa yang mereka bergairah tentang pekerjaan yang dilakukan. Mengetahui apa yang memotivasi mereka akan membantu perusahaan membingkai harapan perusahaan dengan cara yang sesuai dengan tujuan karir mereka.
Kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan dasar utama bagi seseorang yang melakukan aktivitas pekerjaannya. Kebutuhan itu sendiri dipandang sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan orang mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan itu. Rasa tidak senang dan ketegangan muncul ketika kebutuhan itu tidak terpenuhi. Oleh karena itu seseorang akan memilih suatu tindakan tertentu untuk mengurangi ketegangan dan tekanan-tekanan, sehingga timbul perilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan.

http://achmadyanu.com/?p=250
READMORE
 

SENI DAN DESAIN PADA ZAMAN REVOLUSI INDUSTRI

Menurut Hafiz Ahmad dalam artikelnya yang berjudul Multimedia, Virtual Reality Dan History Of Art (Resume Kuliah Digital Content Theory oleh Professor Han, Department of Computer Design, Woosong University) dalam web http://www.veetra. com/index.php?option=com_content&task=view&id=50&Itemid=71&PHPSESSID=f90 6bd971 dijelaskan, revolusi industri merupakan titik “keberangkatan” yang penting karena merombak pola pikir masyarakat pada masa itu, terutama tentang eksistensi seni dan kerajinan. Kemungkinan menghasilkan barang-barang “bercita rasa seni” dalam jumlah banyak karena diproduksi mesin, sehingga menimbulkan perdebatan-perdebatan, yaitu antara seni sebagai high art atau seni yang juga sebagai craft/kerajinan.
Dapat dikatakan bahwa saat revolusi industri melahirkan craft, ini merupakan satu hal yang sama sekali baru. Sebelum revolusi industri bisa dikatakan belum ada “ilmu” tentang desain, sehingga saat mulai membuat benda-benda craft, ide yang digunakan sebagai unsur visualisasi dan desainnya diambil dari mana-mana. Ide bisa datang dari seni era Yunani, Renaissance ataupun Baroque & Rococo, bahkan campuran dari semuanya. Dalam berkesenian juga menghendaki timbulnya kembali nilai-nilai kehidupan dalam peradaban klasik yang dirasakan lebih sesuai, yaitu kebebasan (Drs R. Soekmono, 1981: 111). Maka tidak heran jika produk-produk kerajinan menjadi banyak tetapi dengan kualitas yang rendah, bahkan tidak berkualitas sama sekali. Kondisi ini kemudian memicu gerakan yang menentang dalam bentuk Art and Craft Movement.
Pada masa ratu Victoria tahun 1851, timbul dua reaksi yaitu reaksi penolakan dan reaksi mendukung. Reaksi penolakan timbul karena ada yang beranggapan bahwa mesin menciptakan proses dehumanisasi. Sedangkan reaksi mendukung timbul karena ada yang beranggapan bahwa dengan hadirnya mesin sebagai alat produksi maka akan memudahkan pekerjaan manusia. Reaksi penolakan itu dalam seni dan kriya muncul dalam bentuk gerakan romantik. Romantisisme sangat mementingkan perasaan serta kemuliaan dari hak individu untuk mengungkapkan pemikiran.  Filsuf romantisisme yang terkenal adalah Hegel yang menganggap seni dapat sembuhkan keresahan manusia akibat tekanan alam atau lingkungan. Gerakan romantik yang paling menonjol dalam seni dan kriya adalah Art and Craft movement dan Art Nouveau (Arief Adityawan S., 1999: 11).
Dalam artikel yang berjudul Design Against Style: Melawan Penindasan Gaya dalam Desain Grafis oleh Ancala Suryaputra (http://www.komvis.com/artikel.html? kategori=artikel&id=136&start=50&PHPSESSID=52a006b68d225cb96c4d7f), mulai dari gerakan Seni dan Kerajinan (Arts & Crafts Movement) kemudian masa Art Nouveau hingga tiba di masa modern Art Deco, muncul media desain grafis yang paling besar peranannya dalam menampilkan gaya-gaya desain yaitu poster, baik yang bersifat komersil maupun propaganda sosial kebudayaan dan militer.
Hal tersebut bisa dilacak kembali melalui perkembangan desain grafis sejak Art Nouveau di Prancis yang kemudian berbarengan tersebar meluas di seluruh daratan Eropa. Penamaan gaya yang berbeda-beda seperti Jugendstil (Jerman/Skandinavia), Secession (Swiss/Austria), Glasgow (Inggris), dan Stile Liberty (Italia), namun tetap dalam satu nafas yang sama yaitu identifikasi visual berupa bentuk-bentuk organis, garis tumbuhan, dan garis liuk yang feminim. Pelbagai aliran seni rupa turut pula memperkaya gaya art nouveau ini, diantaranya seperti impresionisme dan simbolisme. Desain grafis Eropa masa ini mampu membawa gerakan atau penciptaan gaya baru yang merupakan adaptasinya terhadap persinggungan dengan budaya asing. Mereka mampu menerjemahkan warna lokal dari kultur di luar dunianya untuk dipahami dalam warna lokal kulturnya sendiri, sehingga dikatakan Art Nouveau menjadi seni komersil pertama yang secara konsisten dipakai untuk mempertinggi keindahan.
Perang Dunia I menjadi salah satu ajang pembuktian keterlibatan desain grafis, seperti yang bisa kita saksikan dalam poster-poster propaganda, tanda dan simbol dalam identitas militer. Kemajuan dari revolusi industri yang kemudian menggiring pada hiruk-pikuk suasana perang dunia pertama itu, telah mengilhami gerakan manifesto kaum futuris (yang berorientasi pada masa depan) dan dadais (yang berorientasi pada kritik sosial saat itu). Bersamaan dengan berbagai permasalahan sosial yang tumbuh pada masa-masa kisruh itu, muncullah aliran kubisme, konstruktivisme, de stijl, fauvis dan ekspresionis yang mempengaruhi karakteristik pengembangan desain grafis selanjutnya, yang dipanggil sebagai gaya desain Art Deco. Bahkan seni Ziggurat Mesir dan Indian Aztec turut meramaikan gaya desain ini pula. Di Amerika yang belakangan mulai menunjukkan keadikuasaannya memberi label tersendiri pada gaya ini yaitu Streamline.
Tak lama berselang, berdirilah sekolah Bauhaus yang dengan upayanya memadukan seni dan teknologi, menambah kemajuan pertumbuhan berbagai gaya-gaya desain grafis, yang merupakan sintesis dari seni, desain dan teknologi. Pemahaman modernitas yang berupaya mengejar hal-hal baru dan gaya desain modern yang universal makin merebak.
Dalam abad ke-18 adanya tuntutan terhadap kebebasan individu, kemudian muncullah apa yang disebut individualisme. Dalam individualisme yang menjadi pokok permasalahan adalah “ratio”, yaitu kecerdasan otak atau akal (Rationalisme). Dari rationalisme akhirnya berkembang berbagai gaya seni dan desain, berkembang juga bidang-bidang lain seperti penyelidikan, ilmu falaq dan lain-lain. Dari rationalisme itu menimbulkan pandangan-pandangan baru yang terutama menghendaki perbaikan nasib manusia yang disebut dengan istilah Aufklarung (Drs R. Soekmono, 1981: 111).
Menurut Hafiz Ahmad dalam artikelnya yang berjudul Multimedia, Virtual Reality Dan History Of Art (Resume Kuliah Digital Content Theory oleh Professor Han, Department of Computer Design, Woosong University) dalam web http://www.veetra. com/index.php?option=com_content&task=view&id=50&Itemid=71&PHPSESSID=f90 6bd971 dijelaskan, revolusi industri merupakan titik “keberangkatan” yang penting karena merombak pola pikir masyarakat pada masa itu, terutama tentang eksistensi seni dan kerajinan. Kemungkinan menghasilkan barang-barang “bercita rasa seni” dalam jumlah banyak karena diproduksi mesin, sehingga menimbulkan perdebatan-perdebatan, yaitu antara seni sebagai high art atau seni yang juga sebagai craft/kerajinan.
Dapat dikatakan bahwa saat revolusi industri melahirkan craft, ini merupakan satu hal yang sama sekali baru. Sebelum revolusi industri bisa dikatakan belum ada “ilmu” tentang desain, sehingga saat mulai membuat benda-benda craft, ide yang digunakan sebagai unsur visualisasi dan desainnya diambil dari mana-mana. Ide bisa datang dari seni era Yunani, Renaissance ataupun Baroque & Rococo, bahkan campuran dari semuanya. Dalam berkesenian juga menghendaki timbulnya kembali nilai-nilai kehidupan dalam peradaban klasik yang dirasakan lebih sesuai, yaitu kebebasan (Drs R. Soekmono, 1981: 111). Maka tidak heran jika produk-produk kerajinan menjadi banyak tetapi dengan kualitas yang rendah, bahkan tidak berkualitas sama sekali. Kondisi ini kemudian memicu gerakan yang menentang dalam bentuk Art and Craft Movement.
Pada masa ratu Victoria tahun 1851, timbul dua reaksi yaitu reaksi penolakan dan reaksi mendukung. Reaksi penolakan timbul karena ada yang beranggapan bahwa mesin menciptakan proses dehumanisasi. Sedangkan reaksi mendukung timbul karena ada yang beranggapan bahwa dengan hadirnya mesin sebagai alat produksi maka akan memudahkan pekerjaan manusia. Reaksi penolakan itu dalam seni dan kriya muncul dalam bentuk gerakan romantik. Romantisisme sangat mementingkan perasaan serta kemuliaan dari hak individu untuk mengungkapkan pemikiran.  Filsuf romantisisme yang terkenal adalah Hegel yang menganggap seni dapat sembuhkan keresahan manusia akibat tekanan alam atau lingkungan. Gerakan romantik yang paling menonjol dalam seni dan kriya adalah Art and Craft movementdan Art Nouveau (Arief Adityawan S., 1999: 11).
Dalam artikel yang berjudul Design Against Style: Melawan Penindasan Gaya dalam Desain Grafisoleh Ancala Suryaputra (http://www.komvis.com/artikel.html? kategori=artikel&id=136&start=50&PHPSESSID=52a006b68d225cb96c4d7f), mulai dari gerakan Seni dan Kerajinan (Arts & Crafts Movement) kemudian masa Art Nouveau hingga tiba di masa modern Art Deco, muncul media desain grafis yang paling besar peranannya dalam menampilkan gaya-gaya desain yaitu poster, baik yang bersifat komersil maupun propaganda sosial kebudayaan dan militer.

Hal tersebut bisa dilacak kembali melalui perkembangan desain grafis sejak Art Nouveau di Prancis yang kemudian berbarengan tersebar meluas di seluruh daratan Eropa. Penamaan gaya yang berbeda-beda seperti Jugendstil (Jerman/Skandinavia), Secession (Swiss/Austria), Glasgow (Inggris), dan Stile Liberty (Italia), namun tetap dalam satu nafas yang sama yaitu identifikasi visual berupa bentuk-bentuk organis, garis tumbuhan, dan garis liuk yang feminim. Pelbagai aliran seni rupa turut pula memperkaya gaya art nouveau ini, diantaranya seperti impresionisme dan simbolisme. Desain grafis Eropa masa ini mampu membawa gerakan atau penciptaan gaya baru yang merupakan adaptasinya terhadap persinggungan dengan budaya asing. Mereka mampu menerjemahkan warna lokal dari kultur di luar dunianya untuk dipahami dalam warna lokal kulturnya sendiri, sehingga dikatakan Art Nouveau menjadi seni komersil pertama yang secara konsisten dipakai untuk mempertinggi keindahan.
Perang Dunia I menjadi salah satu ajang pembuktian keterlibatan desain grafis, seperti yang bisa kita saksikan dalam poster-poster propaganda, tanda dan simbol dalam identitas militer. Kemajuan dari revolusi industri yang kemudian menggiring pada hiruk-pikuk suasana perang dunia pertama itu, telah mengilhami gerakan manifesto kaum futuris (yang berorientasi pada masa depan) dan dadais (yang berorientasi pada kritik sosial saat itu). Bersamaan dengan berbagai permasalahan sosial yang tumbuh pada masa-masa kisruh itu, muncullah aliran kubisme, konstruktivisme, de stijl, fauvis dan ekspresionis yang mempengaruhi karakteristik pengembangan desain grafis selanjutnya, yang dipanggil sebagai gaya desain Art Deco. Bahkan seni Ziggurat Mesir dan Indian Aztec turut meramaikan gaya desain ini pula. Di Amerika yang belakangan mulai menunjukkan keadikuasaannya memberi label tersendiri pada gaya ini yaitu Streamline.

TAK LAMA BERSELANG, BERDIRILAH SEKOLAH BAUHAUS YANG DENGAN UPAYANYA MEMADUKAN SENI DAN TEKNOLOGI, MENAMBAH KEMAJUAN PERTUMBUHAN BERBAGAI GAYA-GAYA DESAIN GRAFIS, YANG MERUPAKAN SINTESIS DARI SENI, DESAIN DAN TEKNOLOGI. PEMAHAMAN MODERNITAS YANG BERUPAYA MENGEJAR HAL-HAL BARU DAN GAYA DESAIN MODERN YANG UNIVERSAL MAKIN MEREBAK.

Dalam abad ke-18 adanya tuntutan terhadap kebebasan individu, kemudian muncullah apa yang disebut individualisme. Dalam individualisme yang menjadi pokok permasalahan adalah “ratio”, yaitu kecerdasan otak atau akal (Rationalisme). Dari rationalisme akhirnya berkembang berbagai gaya seni dan desain, berkembang juga bidang-bidang lain seperti penyelidikan, ilmu falaq dan lain-lain. Dari rationalisme itu menimbulkan pandangan-pandangan baru yang terutama menghendaki perbaikan nasib manusia yang disebut dengan istilah Aufklarung (Drs R. Soekmono, 1981: 111).

http://achmadyanu.com/?p=262
READMORE
 

REALISME

Francisco de Goya (1746-1828) adalah tokoh yang sering dihubungkan dengan realisme dan romantisme. Goya memandang dunia ini tanpa ilusi. Ia tidak lari dari kenyataan, karyanya adalah refleksi dari keadaan yang ada di sekitarnya. Goya terkenal sebagai pelukis potret. Lukisan-lukisan potretnya sangat mengagumkan kelembutannya. Seperti pada karya potret istrinya “Josefa Bayeu” atau “Madame Goya” tahun 1798. Lukisannya yang terkenal adalah sepasang lukisan “Maja” (dibaca “maha”) yang bertelanjang dan berpakaian (1797-98). Selain dari Goya, pelukis realisme adalah Honore Daumier (1808-1979) diwujudkan lewat karya-karya karikaturnya dengan teknik lithografi dibuatlah tidak kurang dari 4000 karya karikatur baik untuk koran maupun untuk dirinya sendiri (Soedarso SP, 1990: 24-26).
Realisme adalah aliran seni yang berusaha untuk meniru bentuk di alam nyata semirip mungkin. Pada awal perkembangan seni lukis, realisme adalah tujuan utama untuk mendapatkan lukisan yang indah. Tokohnya Gustave Courbet (1819-1877) dan Jean François Millet. Jean François Millet adalah kelompok pelukis dari Barbizon (nama sebuah desa di dekat hutan Fontainebleau yang tidak jauh dari Paris). Gustave Courbet pernah berkata dengan pongahnya, ia mengatakan “Tunjukan Malaikat padaku dan aku akan melukisnya” yang mengandung arti bahwa baginya lukisan itu pada dasarnya adalah seni yang konkrit, menggambarkan segala sesuatu yang ada dan nyata. Dengan perkataan lain ia hanya mau mendasarkan seninya pada penyerapan pancainderanya saja (khususnya mata) dan meninggalkan fantasi dan imaginasinya. Ia hanya melukis apa adanya tidak kurang tidak lebih. Karya-karyanya pada tahun 1849 diantaranya: Habis makan di Omans (mendapat hadiah medali ke dua), Pemakaman di Omans atau sering disebut sebagai Pemakaman Romantikisme (Soedarso SP, 1990: 27).
Dalam situs http://id.wikipedia.org/wiki/Realisme_%28seni_rupa%29 dijelaskan bahwa Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subyek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa untuk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun. Realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan yang bermula di Perancis pada pertengahan abad 19. Namun karya dengan ide realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal, yang sekarang lebih dikenal dengan nama India.
READMORE